Sabtu, 30 Oktober 2010 | By: Zizi Ramzi

Dibalik Booming-nya si Teknologi Informasi?

Apa benar TI (Teknologi Informasi) saat ini sedang menjadi trend? Menjadi top of the top? Apakah benar pemikiran bahwa alumni pendidikan TI di Indonesia memiliki kesempatan untuk bekerja lebih besar, dikarenakan booming dan happening-nya si TI ini?

Saya mencoba menjawab pertanyaan tersebut tapi dengan pemikiran yang sedikit skeptis tentang TI itu sendiri, dan jawaban ini juga berdasar dengan kondisi di Indonesia saat ini. Dimana TI digadang menjadi sebuah hot topic dan juga super star. Oiya saya sendiri juga orang TI, hehehehe….

Ok.. yang pertama adalah, apakah para lulusan universitas yang berkecimpung dalama dunia TI lebih mudah untuk mendapat sebuah pekerjaan? YA! Sangat YA! dibandingkan dengan beberapa bidang lain. Nah.. apakah dengan faktor ini bisa kita sebut jika TI sedang happening di Indonesia? Sedang menjadi panutan di Indonesia? Lagi-lagi jawaban skeptis saya adalah YA! Kenapa saya jawab demikian, karena kalau kita lihat sejenak, jurusan apa sih yang hampir pasti ada di sebuah universitas? Jawabannya adalah TI. Sebagai contoh IPB yang notabene fokusnya adalah pertanian memiliki departemen Ilmu Komputer yang lulusannya kalau menurut saya sebanding bahkan lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan lulusan di bidang pertaniannya yang menjadi fokus utama IPB itu sendiri.

Kenapa ya jurusan TI menjamur sekali di universitas di Indonesia? Mudah saja jawabannya, jika kita mau buat jurusan seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro dan mau buat pendidikan yang tidak abal-abal, maka biaya yang dikeluarkan universitas itu akan terasa terlalu berat. Kebutuhan untuk praktikumnya pasti akan memakan biaya tinggi. Belum lagi jika alat praktikum rusak atau malah alat praktikumnya langka sehingga kegiatan praktikum terhambat.

Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan di bidang TI. Alat untuk praktek cukup murah. Hardware komputer seperti mother board, hard disk, RAM, dan router lebih murah jika kita bandingkan dengan alat alat untuk teknik mesin ataupun sipil. Selain murah bahan praktikum juga mudah di dapat, cukup lah kita pergi ke Mangga Dua di Jakarta saja, atau bisa order lewat telephone di toko komputer online. Lagi-lagi berbeda dengan jurusan yang berbau teknis lainnya. Sering kali penjual alat praktikum sulit di temukan, apalagi yang di luar Jawa.

Kemudian bagaimana dari sudut pandang si mahasiswa / calon mahasiswa? Mereka kebanyakan akan berpikir sebelum masuk pendidikan yang berbau teknis yang bukan di bidang komputer. Kalau saya masuk Teknik Mesin, apa ya yang bisa saya lakukan nanti? Secara simpel mereka melihat kalau teknik mesin tidak menjadikan Indonesia bisa membuat mobil, alat berat, trafo, handphone atau pesawat.

Selain itu lowongan di bidang TI sering muncul di media massa, dan entah mengapa iklan yang ada membuat TI lebih reasonable dan kebih mudah di capai untuk para fresh graduated. Nah tentunya para orang tua yang membiayai kuliah anakanya ini biasanya tergiur dengan jalur pendidikan yang lowongan pekerjaan lebih banyak. Selain itu Bisnis di dunia TI pun cukup mudah kita lakoni, modal tidak perlu dalam skala yang sangat besar dan ditambah lagi dengan cepatnya pengimplementasian.

Ya…. kalau kita lihat berarti si TI sedang berada di atas angin dong ya? TI di Indonesia sudah semakin maju dong ya? TI juga bisa jadi tumpuan hidup banyak orang dong ya? Tapi, lupakah kita tentang teknologi transportasi, tata kota, gizi dan pangan, pertanian modern, pembangkitan energi, konversi energi, bidang kelautan dan perikanan, serta bidang bidang lainnya? Kita ambil contoh sering matinya listrik, carut marutnya konversi energi dari minyak tanah ke gas 3kg, macetnya jalanan di jakarta karena gagalnya penerapan mass transportation, korupsi dan permainan politik dimana-mana, kemudian ada juga penanganan bencana alam yang lamban di Indonesia walaupun internet sudah “ngebut” sengebut-ngebutnya.

Disini kita bisa lihat ketidakmahiran kita terhadap banyak cabang teknologi adalah salah satu sebab munculnya masalah masalah di atas, yang nyata terjadi di negara kita Indonesia ini. Ketidakpenguasaan kita terhadap berbagai teknologi juga akhirnya memicu “penyerahan” sumber daya alam kita yang sangat berlimpah ke negara lain karena kita sendiri tidak bisa mengelolanya.

Anda mungkin sudah bisa menikmati akses Internet broadband di Indonesia juga akses mobile Internet yang cepat. Tapi apa fungsinya kalau kita sedang berada di jalan yang macet, sepertinya kata-kata internet mobile jadi terasa berat untuk diucapkan saat penggunanya sendiri tidak mobile karena terhalang MACET! Lagi-lagi kealpaan kita dalam teknologi transportasi mucul disini. Coba lihat Jepang, akses internetnya luar biasa diikuti dengan transportasi yang baik, memunculkan masyarakat yang cerdas, masyarakat pengguna mobile internet.

Beberapa “pakar TI” terlalu heboh, terlalu berlebih untuk menekankan perlunya penguasaan di bidang TI untuk kemakmuran bangsa. Kadang kita terlalu mendawakan keberhasilan Bill Gates dan orang-orang Google menjadi orang-orang terkaya. Padahal banyak sekali orang yang menjadi kaya di bidang lain, tapi semuanya seperti tidak terlihat jika dibandingkan dengan nama Bill Gates dan kawan kawan.

So… saya pikir TI menjadi superstar di Indonesia karena kegagalan kita menyediakan lahan pekerjaan bagi lulusan di bidang lainnya jika pun ada itu juga dari perusahaan asing ataupun BUMN. Banyak sekali alumni dari jurusan lain pindah ke-TI karena lahan pekerjaan yang sulit didapat. Memang sebenarnya ini bukan menjadi masalah kalau kita pandang dari segi individu kita masing masing. Tetapi kalau kita pandang dari sudut sebuah bangsa, ini merupakan kerugian dan juga kealpaan yang besar. Kita banyak kehilangan orang yang seharusnya mengurusi masalah transportasi, tata kota, energi, pangan, kesehatan dan lain lain hanya karena kita mendewakan si TI ini sendiri.

Link TeKAn DisiNi